Bunda, Stop Kebiasaan Menghakimi Anak-anak
Etcroastery.com- Budaya Indonesia sangat berbeda dengan budaya Barat karena ada perbedaan dalam pengalaman, sistem keyakinan, hierarki, agama, pengertian tentang waktu, hubungan spasial, dan banyak lagi.
Apalagi Indonesia sendiri terdapat banyak budaya yang berbeda. Hal ini membuat Indonesia menjadi negara yang kompleks, dan karena itu negara dengan lambang bendera merah putih ini menarik.
Setiap orang yang terlahir di dunia ini, sepertinya masa-masa kecil tidak jauh berbeda. Sejak bayi manusia lahir, ternyata sudah membawa masalah bagi dirinya dan orang lain.
Orang tua dalam mendidik anak, tentu dengan cara yang berbeda-beda juga. Ada orang tua yang terbuka dengan segala sesuatu demi perkembangan buah hatinya. Hasilnya, bayi manusia tumbuh menjadi anak-anak ini lebih mudah mengekspresikan diri tanpa diselimuti rasa takut dan malu.
Namun sayangnya, masih banyak juga masyarakat kita yang kurang tepat dalam mendidik anaknya.
Sejak kita kecil, mungkin masih berlaku sampai sekarang, orang tua kita suka membanding-bandingkan anaknya dengan orang lain.
Orang dewasa tidak akan sadar, bahwa membanding-bandingkan anak kecil itu akan berdampak buruk pada mental dia saat besar nanti. Tanpa sadar mental anak terbentuk menjadi seseorang yang minder, rendah hati, tidak percaya diri, dan lain sebagainya.
Kadang orang tua memiliki perasaan panik saat melihat anak lain sudah bisa aktivitas, sementara si kecil belum bisa. Orang tua akan menyalahkan anaknya dan sering marah-marah.
Menjadi orang tua bukan berarti segala perlakuannya dibenarkan. Kalau kata ibu salah, anak harus nurut dan tidak boleh melakukan hal yang dilarang tersebut. Mental anak akan terbentuk bagaimana cara orang terdekat mendidik dia.
Banyak kasus di luaran sana yang bisa kita contoh. Orang tua sering melarang jika anaknya main tanah. Banyak kuman-kuman jahat yang bisa menempel di kulit. Atau bisa juga dengan alasan, nanti kalau main tanah tidak boleh ikut jalan-jalan naik motor.
Di balik larangan orang tua tersebut hanya karena tidak ingin mencuci pakaian yang kotor apalagi jika pakaiannya berwarna putih, yang kemungkinan besar susah hilang.
Kasus lain, orang tua juga cenderung menghakimi anaknya jika tidak memperoleh rengking di kelasnya. Sementara anak tetangganya menduduki peringkat 3 besar di kelas. Akhirnya muncul sikap orang tua yang membending-bandingkan anaknya dengan orang lain. Maksud orang tua mungkin baik, agar anaknya bisa berprestasi juga di kelas.
Tentu saja hal itu tak boleh dibiarkan, kenapa? Orang tua yang merasa gagal atau tak percaya diri bisa ‘menulari’ anak-anaknya dan akan berdampak negatif pada psikologisnya kelak.
“Kamu bodoh tidak Pintar seperti Bayu yang masuk tiga besar di kelasnya”
Padahal, Prestasi yang Bayu raih itu tidak semudah apa yang orang-orang lihat. Di luar sekolah formalnya, orang tua Bayu memberikan pelajar tambahan. Selain pendidikan Formal, Bayu juga diberikan kesempatan sebesar-besarnya untuk berekspresi. Sehingga Bayu bisa mencari kesenangan tanpa meninggalkan pelajaran di sekolahnya.
Sementara, orang tua yang hanya bisa menyalahkan anaknya karena tidak seperti anak temannya hanya mengandalkan pendidikan di bangku sekolah saja. Tidak ada tambahan atau pun kegiatan positif lainnya. Beruntung kalau si anak lahir dengan tingkat kecerdasan dari lahir, bagaimana kalau tidak? Bunda harus lebih pengertian lagi kepada anak.
Sejatinya, eksplorasi merupakan salah satu cara untuk si Kecil berinteraksi dengan lingkungan, sehingga keberanian dan rasa percaya dirinya dapat berkembang dengan baik.
Rasa percaya diri yang sehat merupakan salah satu dasar dalam mengembangkan berbagai potensi lainnya, seperti problem-solving, decision-making, dan keterampilan sosial.
Cerdas
Melalui eksplorasi yang tepat, sesuai dengan tahap perkembangannya, aspek kognitif si Kecil dapat terstimulasi melalui berbagai kegiatan dalam proses eksplorasinya.
Kreatif
Ketika terpapar pada berbagai stimulus dan situasi melalui kegiatan eksplorasi, imajinasi dan kreativitas si Kecil dapat berkembang dengan baik.
Peduli
Melalui aktivitas bersama teman lain atau orang dewasa, si Kecil belajar berinteraksi, berbagi, mengenal dan memahami perasaan orang lain, menunggu giliran, serta meningkatkan toleransinya.
Pemimpin
Untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan, penting untuk si Kecil memiliki sikap disiplin dan kemandirian yang baik. Eksplorasi mengasah kemampuan si Kecil untuk mengambil kontrol akan berbagai hal di sekitarnya.